This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 17 Agustus 2010

MARHABAN YA RAMADHAN

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “marhaban” diartikan
sebagai “kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu (yang
berarti selamat datang).” Ia sama dengan ahlan wa sahlan yang
juga dalam kamus tersebut diartikan “selamat datang.”

Walaupun keduanya berarti “selamat datang” tetapi
penggunaannya berbeda. Para ulama tidak menggunakan ahlan wa
sahlan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, melainkan
“marhaban ya Ramadhan”.

Ahlan terambil dari kata ahl yang berarti “keluarga”,
sedangkan sahlan berasal dari kata sahl yang berarti mudah.
Juga berarti “dataran rendah” karena mudah dilalui, tidak
seperti “jalan mendaki”. Ahlan wa sahlan, adalah ungkapan
selamat datang, yang dicelahnya terdapat kalimat tersirat
yaitu, “(Anda berada di tengah) keluarga dan (melangkaLkar1
kaki di) dataran rendah yang mudah.”

Marhaban terambil dari kata rahb yang berarti “luas” atau
“lapang”, sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu disambut
dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan serta
dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja
yang diinginkannya. Dari akar kata yang sama dengan
“marhaban”, terbentuk kata rahbat yang antara lain berarti
“ruangan luas untuk kendaraan, untuk memperoleh perbaikan atau
kebutuhan pengendara guna melanjutkan perjalanan.” Marhaban ya
Ramadhan berarti “Selamat datang Ramadhan” mengandung arti
bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan;
tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya
“mengganggu ketenangan” atau suasana nyaman kita.

Marhaban ya Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu,
karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh
guna melanjutkan perjalanan menuju Allah Swt.

Ada gunung yang tinggi yang harus ditelusuri guna menemui-Nya,
itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng yang curam, belukar
yang lebat, bahkan banyak perampok yang mengancam, serta iblis
yang merayu, agar perjalanan tidak melanjutkan. Bertambah
tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan,
semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi, bila tekad
tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan
saat itu, akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak
tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih
untuk melepaskan dahaga. Dan bila perjalanan dilanjutkan akan
ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir
bertemu dengan kekasihnya, Allah Swt. Demikian kurang lebih
perjalanan itu dilukiskan dalam buku Madarij As-Salikin.

Tentu kita perlu mempersiapkan bekal guna menelusuri jalan
itu. Tahukah Anda apakah bekal itu? Benih-benih kebajikan yang
harus kita tabur di lahan jiwa kita. Tekad yang membaja untuk
memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan
dengan shalat dan tadarus, serta siangnya dengan ibadah kepada
Allah melalui pengabdian untuk agama, bangsa dan negara.
Semoga kita berhasil, dan untuk itu mari kita buka lembaran
Al-Quran mempelajari bagaimana tuntunannya.

MAKNA SAUM

Puasa merupakan salah satu rukun Islam. Di dalam Al-Quran ada 2 kata, yaitu SHIYAM dan SHAUM. Kedua-duanya berasal dari kata yang sama, yang artinya menahan. Orang yang menahan diri disebut Shaim.

SHAUM di dalam Al-Quran berarti menahan diri untuk tidak bicara, sedangkan
SHIYAM di dalam Al-Quran berarti menahan diri dari hal-hal yang buruk menurut Allah

Seringkali kata dalam Al-Quran tapi pemaknaannya dipersempit oleh hokum (fiqh). Seperti shalat, sebenarnya bermakna doa. Tapi dalam hukum (fiqh) itu adalah gerakan tertentu yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Menurut fiqh, walaupun tidak khusyu tapi kalau sudah melakukan gerakan2 tertentu yg diawali takbir dan diakhiri salam, maka sudah bisa dikatakan itu shalat. Namun sebetulnya menurut Al-Quran, dia belum shalat yang sesungguhnya. Hukum hanya mengatur yang nampak saja, tapi tidak mengatur yang esensi.

Begitu juga dengan makna SHIYAM. Shiyam menurut hukum adalah tidak makan, minum dan seks sejak terbit matahari sampai terbenam matahari. Tapi sebenarnya makna dalam Al-Quran adalah bukan hanya sampai di situ, tapi juga menahan diri dari segala yang buruk.

Untuk apa SHIYAM ? Kata Allah dalam Al-Quran, adalah agar kita menjadi “Tattaqun”.Surat Al-Baqarah ayat 183. Apa arti Tattaqun ? Tattaqun adalah “kamu menjadi orang-orang yang terhindar dari segala bencana, musibah baik di dunia maupun di akhirat kelak”.

Manusia dalam hidupnya selalu menginginkan kesempurnaan. Orang yang kayapun ingin lebih kaya lagi. Orang menginginkan dirinya dan orang lain menjadi orang-orang yang terbaik dan lebih sempurna dari waktu ke waktu. Bahkan lingkungan tempat tinggalnya pun ingin lebih sempurna dan sempurna lagi. Karya-karya-nya pun disempurnakan terus menerus. Sesuatu dinilai sempurna jika memenuhi tiga hal, yaitu indah, baik dan benar.

Untuk kesempurnaan ini, manusia menemukan bahwa Allah itulah yang Maha Sempurna, karena itu manusia ingin meneladaniNya. (Mempunyai sifat yang Maha Sempurna, karya-karya Allah sangat sempurna dan penuh ketelitian. Allah itu Maha Baik, Maha Indah dan juga Dialah Kebenaran itu sendiri (Al-Haq). PerbuatanNya tidak ada kesalahan atau error disana sini, walaupun jutaan bahkan triliyunan karyaNya. Tidak ada kita mendengar God Error, tapi manusia selalu melakukan Human Error. Manusia ingin memperkecil kesalahan yang diperbuatnya, mengecilkan nilai Human Error. Berapa banyak musibah yang diakibatkan oleh Human Error. Manusia ingin sempurna seperti sempurnaNya sang Maha Sempurna. Manusia ingin meneladaniNya. –RED).

Puasa adalah upaya untuk meneladaniNya. Itulah yang dimaksud “Puasa untukKu, dan Akulah yang akan membalas-Nya” dalam sebuah hadits. Shalat, Zakat, Haji juga untuk Allah, namun semuanya bukan untuk meneladani Allah. Sedangkan Puasa adalah untuk meneladani Allah, agar menjadi sempurna.

Dalam menuju kesempurnaan lingkungan, metode menghilangkan kotoran adalah yang lebih diutamakan daripada menghiasinya. Begitu juga dengan sifat yang buruk dan dari hal-hal yang buruk itu lebih diutamakan untuk dibersihkan. Mana yang lebih dulu : menahan marah atau membaca Quran di bulan Ramadhan ? Jawabannya adalah menahan marah. Apa gunanya parfum jika belum mandi ? Dan umumnya masyarakat melakukan mandi dan pakai parfum namun masih main kotor pula. Ini adalah bahasa kiasan.

Apa hal yang buruk dalam diri manusia ? Yang tidak baik dari diri manusia adalah nafsu ammarah kepada keburukan. Puasa adalah untuk mengatur nafsu sehingga tidak selalu menjadi ammarah kepada keburukan, tapi menjadi nafsu yang muthmainnah dan nafsu yang selalu menyuruh kepada kebaikan.

JANGAN SEPERTI KELEDAI


Pernahkan Anda mendengar pepatah yang mengatakan “Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali.” Pepatah ini adalah suatu ungkapan kebodohan seseorang yang tidak mau mengambil hikmah dari kesalahan yang sama. Padahal, Nabi Muhammad saw. melarang kita berperilaku seperti keledai dari hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw., beliau bersabda: Seorang mukmin tidak boleh dua kali jatuh dalam lubang yang sama. (Shahih Muslim No.5317).

Bagaimana dalam kenyataannya? Ternyata banyak yang lebih parah, yaitu orang yang jatuh berkali-kali pada lubang yang sama, lebih dari dua kali. Disisi lain, banyak orang yang merasa tidak pernah jatuh dan dia merasa pintar. Padahal dia tidak jatuh sebab dia berada di lubang sehingga tidak mungkin jatuh lagi, kecuali ada lubang di dalam lubang.

Kasus yang pertama bisa terjadi dengan tiga kemungkinan

  1. Dia tidak pernah belajar dari kesalahan sebelumnya. Orang seperti tipe orang yang tidak mau menggunakan akal dan tidak mau belajar. Dia akan lebih fokus menyalah orang lain atau keadaan ketimbang mencari akar pemasalahan yang selalu ada pada dirinya.
  2. Dia tidak tahu kesalahan yang di lakukan. Biasanya jika penyebab kesalahan tidak nampak, ini sering terjadi jika penyakitnya ada di mindsetnya. Dia mungkin melakukan perbaikian, tetapi tidak pada mindsetnya, maka perbaikannya akan sia-sia saja.
  3. Dia tahu kesalahannya tetapi tidak melakukan perubahan. Ada orang seperti ini, kadang saya bingung menjelaskannya. “Koq ada sich orang kaya gini?” Mungkin, karena malas saja. Penyebab lainnya ialah kesalah pahaman terhadap takdir, dia katakan kalau dia hidup seperti itu sudah takdir. Tidak ada yang bisa diubah.

Kasus kedua adalah orang yang sebenarnya dia berada di dalam lubang. Dia tidak merasa jatuh sebab sudah ada dibawah lubang. Penyebabnya karena tidak sadar kalau dia sebenarnya berada dibawah. Mengapa sampai tidak sadar? Mungkin karena wawasan yang kurang. Dia kira kehidupan dia sudah baik dan wajar sehingga tidak perlu beranjak.

Untuk menghindari supaya kita tidak menjadi seperti keledai atau lebih parah maka kita perlu terus meningkatkan diri. Mulai meningkatkan wawasan, keterampilan, dan yang paling penting ialah pola pikir kita. Jangan pernah merasa sudah cukup, sebab itu sebuah kerugian. Jadikan, hari ini lebih baik dari hari kemarin.

BERHENTI SAAT MEMILIKI KEINGINAN..

Darimanakah datangnya sebuah keinginan? Keinginan datang dari hati yang selalu bolak balik. Bisa jadi sebuah keinginan itu adalah keinginan yang baik atau sebaliknya. Sayangnya kita sering kali tidak melihat sesuatu dibalik keinginan karena perhatian kita fokus pada keinginan, bukan pada apa yang ada dibalik keinginan.

Para ahli pemasaran atau penjualan sering mengatakan bahwa keputusan seseorang membeli sesuatu, lebih sering disebabkan oleh keinginan. Kemudian, logika membenarkan keinginan tersebut. Emosi seringkali lebih berperan dalam mengambil keputusan dibandingkan dengan pikiran atau logika.

Jika keinginan selalu kita turuti, artinya hidup kita akan dikendalikan oleh emosi. Emosi datang dari hawa nafsu yang rentan dipengaruhi oleh faktor luar (teruma syaithon). Pikiran bawah sadar kita, bisa menerima informasi jauh lebih cepat dibandingkan pikiran sadar. Sehingga pola yang terbentuk dalam pikiran bawah sadar, sering kali tidak kita sadari. Keinginan datang dari sana, dengan pola yang tidak kita sadari. Maukah kita turuti saja?

Jika keinginan selalu kita turuti, artinya kita tidak bisa mengendalikan hidup kita. Hidup kita akan terombang ambing sebagaimana terbolak-baliknya hati kita. Peran logika atau akal akan terabaikan atau hanya sebagai pembenaran keinginan kita. Sungguh, kita mangabaikan potensi akal yang sudah Allah berikan kepada kita.

Jika kita ingin lebih mengendalikan hidup kita, ke arah yang lebih baik sesuai dengan apa yang kita inginkan, maka kita harus mengoptimalkan peran akal sebelum kita bertindak. Caranya ialah berhentilah saat memiliki keinginan. Jangan langsung kita turuti. Renungkan terlebih dahulu, apakah keinginan ini membawa kepada kebaikan atau tidak. Tahukah Anda, hanya sedikit orang yang melakukan hal ini. Kebanyakan orang bergerak seperti robot, hidupnya diarahkan oleh berbagai faktor luar yang masuk ke dalam pikiran bawah sadar kita, tanpa kita sadari.

Saya tahu, banyak orang yang menyangkal hal ini. Mereka mengaku bahwa hidup mereka tidak seperti robot. Mereka mengaku bahwa mereka selalu menggunakan akal pikiran sebelum bertindak. Semua pengakuan ini, karena fokus mereka hanya pada tindakan-tindakan yang mereka lakukan secara sadar. Mereka tidak memperhatikan apa yang mereka lakukan secara tidak sadar, seolah tidak pernah ada. Namanya juga tidak sadar. Padahal, menurut beberapa literatur yang saya baca, lebih dari 90% tindakan kita dilakukan tanpa sadar.

Al-Hasan Rahimahullah berkata, “Semoga Allah merahmati hamba-Nya yang berhenti di saat berkeinginan. Jika karena Allah maka ia laksanakan dan jika karena selain-Nya maka ia tinggalkan.” [Dikutip dari buku Manajemen Qalbu, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah]

Masihkah Anda selalu menuruti semua keinginan Anda?

Berhenti saat memiliki keinginan adalah salah satu teknik dalam manajemen qalbu sehingga qalbu Anda akan menjadi qalbun salim, hati yang sehat. Kita semua sudah tahu tentang sumber kebaikan, yaitu hati yang baik. Hadistnya begitu populer,

Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal daging, apabila baik daging itu maka baik pula seluruh tubuh dan bila rusak maka rusak pula seluruh tubuh, ketahuilah segumpal daging itu adalah qalbu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Siapa yang tidak tahu hadits diatas? Tapi sejauh mana kita mengaplikasikannya? Salah satunya ialah dengan menahan diri saat memiliki keinginan. Setiap keinginan muncul, renungkanlah apakah keinginan ini akan membawa kepada kebaikan, keburukan, keberhasilan, kegagalan, keridhaan Allah, atau kemurakaan Allah?

enjoy the beach atmosphere

enjoy the beach atmosphere

roam anywhere

roam anywhere
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More